Senin, 23 April 2018

Ingatan

Kenapa aku tiba-tiba ingat itu? Masa yg tak mungkin bisa dilupakan, meskipun berjuta2 kali aku menutupnya erat2, menguburnya dalam2. Meskipun tlah banyak jalan yg tlah kulalui tanpanya, seharusnya udah cukup menandakan Itu Tlah Berlalu. Tp bagai langkah tanpa jejak. Kenangan itu sangat berbekas, meskipun aku dan kau tak pernah Berkabar lagi. Mungkin apakah egoku yg terlalu besar utk berusaha menyangkal atau aku yg tak bisa berpaling dari itu. Bayangan tanggal yg slalu menusuk hati itu tak pernah hilang dr apapun dan bagaimanapun itu. Bukan salah kalender yg tertera atau bhkan salah angka yg menciptakan tanggal.

Renyah sekejab. 2,5 tahun itu tak bisa lepas dr ingatanku. Bukan inginkan kembali, bahkan utk membukanya saja takkan pernah ada kata memulai, bahkan niat. Takut itu kembali memunculkan bekas yg udah sekian lama aku berusaha menutupnya akan menjadi luka yg bisa saja terulang lagi. Aku tak tau apakah ini bisa kembali atau bahkan tak akan pernah kembali lagi.
Mencoba menghindar tapi bayangan itu slalu menghantui.

2,5taun sudah cukup membuatku terjerat oleh sakitnya luka. Bahkan usaha yg slama ini tlah kulakukan belum cukup membuat luka itu kering. Mungkin sekilas. Mungkin juga tertanam.

Sekilas dipikiranku akanmu. Apakah kau kini? Dengan siapa? Lagi apa? Atau bahkan Masihkah?

Hati kecil memang tak bisa dipungkiri, sekalipun batu kecil sering dijadikan sasaran hebat untuk membuat siapasaja bisa terluka, bukan berarti hati tidak mampu berkata jujur atau berusaha utk menutupi.
Pikiran yg tlah melayang jauh terjatuh pun bisa memunculkan kata andai yg mungkin bisa diraih dengan ketinggian yg tak mungkin bisa dijangkau.
Sejenak berfikir andaikan itu tidak terjadi, andaikan saat itu... Ah sudahlah. Nasi tlah mrnjadi bubur. Kini dunia bukan berisikan kau dan aku. Kau dan dirinya. Dia denganku. Atau tidak keduanya.

Seandainya...

Selasa, 21 Maret 2017

Kisahku

Aku terdiam saat kedua mataku mengarah pada satu benda yang membawaku pada satu masa.
Iya, sebingkai foto. Foto saat kita bersama. Hanya kita berdua. Terikat pada satu bagian yang hanya memberikanku sebuah kebahagiaan, mengajariku banyak arti dari setiap sudut kehidupan. Tak kenal langit dan bumi.


Luka dan Cinta...
Dua kata yang berasal dari alam yang berbeda. Namun seketika menyatu begitu erat dan tak terpisahkan. Bagaikan hempasan angin yang kencang. Singkat tapi membekas. Kecil tapi meluas, menguasai setiap sudut hati dan pikiranku. Membawaku pada satu bagian yang tak bisa kupahami seutuhnya. Logika ini seakan tidak lagi mampu membacanya. Hati ini pun tak mampu menerimanya. Ingin lepas dari apapun yang melekat tapi tak mampu.

Goresan itu memberikan satu tempat yang gelap. Kelam. Menutupi setiap celah cahaya yang saatnya tiba nanti mungkin bisa membuatku hilang dari tempat itu. Membuatku terbang dari keterpurukan dan tidak kembali lagi. Membuatku ingin berada pada satu tempat yang penuh cahaya. Mengalahkan siang hari. Mengalahkan luasnya sinar matahari.

Ingatanku meluas ketika warna-warni itu melesat seketika. Terngiang dibenakku akan kata-kata indah yang pernah terucap dari mulut yang dulunya wangi tetapi sekarang telah busuk. Menyesatkan, tapi apalah dayaku yang sudah terjerat didalamnya. Cerita demi cerita yang terus menghantui ini akhirnya menciptakan hujan disudut gelap mataku. Terus mengalir melewati pipi yang pernah tersentuh olehmu. Dia datang tanpa ada yang menyuruhnya, seakan ikut merasakan apa yang kurasakan.

Kesedihan, kekesalan, kekecewaan, rasa sakit, amarah terbungkus dalam satu rasa. Ingin rasanya

Jumat, 17 Maret 2017

Kesedihanku

EGO..EGO..EGO...
Satu kata yang memiliki makna menyakitkan,
Tapi ntah kenapa kata itu menguasai hidupmu,
Tak peduli dengan apa yang terjadi...

Mata seakan buta,
Hati seakan tak peduli,
Bibir seakan bisu,
Acuh tak acuh seakan jadi prinsipmu...

Air mata,Iya, Hanya inilah yang bisa aku andalkan,
Ketika aku merasa diabaikan olehmu,
Ketika aku merasakan dalamnya keterpurukanku...

Namun, apakah kau mengerti inii,
Apakah kau bisa menerka suasana hatiku,
Tidak ! Sama sekali Tidak!
Kau terlena dengan warna-warni hidupmu,Seakan tak ada yang mengusik hidupmu...

Kini semua tlah hilang,Tlah hancur, tlah sirna,
Hingga tak satupun yang mampu menjajakinya...

Ini aku sendiri,
Menjalani liku hidup tanpa hadirmu,
Menahan perihnya luka,
Dan mencoba menyusun kembali kepingan kepingan hati...

Terimakasih,Hanya itu yang mampu aku ucapkan padamu,
Kepada seseorang yang memberikanku arti CINTA,
Yang mengajariku banyak hal...

Hanya tersisa satu harap,
Berharap semua cepat berlalu dan kembali,Seiring bergulirnya waktu,Hinga ku benar benar mampu melupakanmu...

Curahan Hati

Hitungan minggu semuanya bakal berubah
Tapi kuberharap hangatnya kebersamaan ini tak akan berubah sampai kapanpun!
Bersamamu kebahgiaanku
Kebahagiaan yg sangat berarti

Canda tawa, suka duka, cerita berbag pengalaman yang ada, tak mampu dianggap "KENANGAN" nantinya :(
Walaupun mau tak mau bakal menjadi KENANGAN, yang terkadang menggoreskan luka, menyisakan kecewa, dan menghadirkan air mata

Semua bakal hilang, tak sadar jiwa, tak sadar hati..
Benar2 belum sanggup menerimanya nanti
Apalagi yng dihadapi adalah JARAK dan HATI, serasa gak kuat

Cobaan tak henti datang silih berganti..
Mencoba merusal kenyamanan, ketenteraman yang sudah tersusun rapi..
Terlintas hal yang sama di masa lalu, mencoba merubah, tapi hati tak sanggup

Akankah kau seperti masa lalu???
Akankah kau yang bisa merubah segalanya menjadi lebih indah saat hidup tak mendukung????


Sungguh,,
Aku Sangat tidak sanggup...

#lagi belajar

Rangkaian Namaku

SRI ULINA MANURUNG


Sungguh,
Rindu yang kurasakan,
Ingin bertemu denganmu...

Untuk mengenalmu jauh lebih dalam lagi,
Luputkan segala kerinduan,
Inginkan sebuah hubungan,
Nerima segala kekurangan,
Adaptasikan sgala perbedaan...

Mungkin waktu belum mengizinkan,
Aku dan kamu bertemu...
Namun aku yakin,
Untuk sgala sesuatu ada waktunya,
Rinduku suatu saat pasti akan terpenuhi,
Untuk berjumpa dengan dirimu...
Nantikan aku,
Gak akan lama..



By: Elan Sirait

Tolong Buat Aku Lupa

Jelaskan padaku mengapa semua jadi serumit ini? Aku tak tahu jika kamu tiba-tiba memenuhi sudut-sudut terpencil di otakku, hingga memenuhi relung-relung hatiku. Semua terjadi begitu cepat, tanpa teori dan banyak basa-basi. Aku melihatmu, mengenalmu, lalu mencintaimu. Sesederhana itulah kamu mulai mengusai hari-hariku. Kamu jadi penyebab rasa semangatku. Kamu menjelma jadi senyum yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Iya, mungkin, aku jatuh cinta. Entahlah kamu.

Semua kulakuan diam-diam. Begitu rapi. Hingga hatimu yang beku tak pernah berhasil cair. Semua kusembunyikan. Hingga perasaanmu yang tidak peka tetap saja tak peduli pada gerak-gerikku yang jarang tertangkap oleh sorot matamu. Aku pandai menyembunyikan banyak hal hingga kautak memahami yang sebenarnya terjadi.

Aku tidak bisa melupakanmu.... Sungguh! Aku selalu ingat caramu menatapku. Caramu mencuri perhatianku. Kerutan matamu yang aneh, namun tetap terlihat mempesona dalam pandanganku. Hal-hal sederhana itu seakan-akan sengaja diciptakan untuk tidak dilupakan. Tolong buat aku lupa, karena aku tak lagi temukan cara terbaik untuk menghilangkan kamu dari pikiranku.

Kita jarang punya kesempatan berbicara, berdua. Rasanya mustahil. Kamu dan aku berbeda, air dan api, dingin dan panas. Tapi, aku selalu ingat perkataanmu, "Tanggungjawab, keterbukaan, dan kesetiaan adalah kunci melanggengkan hubungan." Aku tersenyum ketika barisan kalimat itu kau kirimkan untukku. Iya, harusnya aku tak perlu sesenang itu, karena mungkin kamu menulisnya tanpa perasaan, hanya untuk merespon perkataanku saja. Atau hanya ingin membuatku tersenyum.

Rasanya menyebalkan jika aku tak mengetahui isi hatimu. Kamu sangat sulit kutebak, kamu teka-teki yang punya banyak jawaban, juga banyak tafsiran. Aku takut menerjemahkan isyarat-isyarat yang kau tunjukkan padaku. Aku takut mengartikan kata-kata manismu yang mungkin saja tak hanya kau katakan untukku. Aku takut memercayai perhatian sederhanamu yang kau perlihatkan secara terselubung. Aku takut. Sangat takut. Takut. Semakin takut jika perasaan ini bertumbuh ke arah yang tak kuinginkan. Tolong hentikan langkahku, jika memang segalanya yang kuduga benar adalah hal yang salah di matamu. Tolong kembalikan aku ke jalanku dulu, sebelum aku mengganggu rute tujuanmu.

Ketahuilah. Aku sedang berusaha melawan jutaan kamu yang mulai mengepul otakku, seperti asap rokok yang menggantung di udara; kamu seakan-akan nyata. Aku tak percaya, ternyata kita bisa melangkah sejauh ini. Dan, selama ini juga, aku tak pernah berani mengatakan satu hal yang mungkin mengagetkanmu; aku mencintaimu. Aku berharap kembali.

di antara rindu yang selalu gagal kuungkapkan
di dalam rasa canggung yang belum kupahami